Tekanan adalah besaran proses yang sangat penting dalam industri oleh karena itu besarnya tekanan pada fasilitas industri harus dimonitor bahkan harus dikendalikan. Untuk keperluan memonitor tekanan tersebut dibutuhkan suatu alat pengukur. Pressure gauge adalah salah satu jenis perangkat pengukur tekanan, hanya saja pengukuran dengan menggunakan pressure gauge terbatas pada point –point yang bisa terjangkau, sedangkan jika posisi pengukuran tidak bisa diakses oleh operator seperti pada sebuah reaktor proses di pabrik petrochemical yang mencapai ketinggian puluhan meter atau pada jaringan pipa yang tidak dilengkapi dengan sarana akses yang memadai, maka tidak bisa dipergunakan alat ukur pressure gauge. Untuk pengukuran pada kondisi seperti ini ada peranti instrumentasi yang disebut pressure transmitter, alat ini bekerja sebagai sensor dan pengirim data dari lokasi pengukuran ke ruang monitor. Prinsip kerja pressure transmitter yaitu mendeteksi besaran tekanan baik dari proses dengan phasa cair maupun proses dengan phasa gas, kemudian transmitter ini mengirim data yaitu berupa signal listrik ke perangkat monitor seperti display elektronik, kontroler elektronik atau perangkat instrumentasi terpadu seperti PLC dan DCS.
Pressure transmitter mengirimkan data berupa signal elektronika, signal ini merupakan signal standard, dalam instrumentasi dikenal beberapa macam signal standard seperti signal elektrik, signal pneumatic, signal digital, field bus, profibus, dan lain-lain. Signal elektrik 4-20mA lebih dikenal karena signal ini lebih banyak dipakai, dimana perubahan arus 4mA sampai 20mA secara proportional menunjukkan perubahan besaran proses yang diukur. Sebagai contoh jika sebuah pressure transmitter mempunyai batas ukur bawah 0 Bar (untuk selanjutnya batas ukur bawah disebut LRV, Low Range Value) dan batas ukur atas 100 Bar (untuk selanjutnya batas ukur atas disebut URV, Upper Range Value) atau dengan kata lain pressure transmitter mempunyai range 0 Bar sampai 100 Bar. maka signal yang dihasilkan oleh transmitter adalah 4mA ketika tekanan yang diukur 0 Bar dan signal yang dikeluarkan pressure transmitter sama dengan 20mA ketika pressure yang diukur berada pada kondisi 100 Bar, demikian pula pada kondisi diantaranya besarnya keluaran mA dari pressure transmitter akan sebanding demngan besarnya tekanan yang diukur, misalnya pada saat tekanan 50 Bar keluaran transmitter adalah 12 mA, formula perbandingan tekanan dengan keluaran transmitter adalah sebagai berikut:
Dalam posting ini saya akan menjelaskan cara kalibrasi pressure transmitter, kita ambil contoh spesifikasi transmitter yang akan dikalibrasi mempunyai range 0 Bar sampai 100 Bar, Type Differential pressure transmitter, model SMART transmitter HART applicable, output transmitter 4-20 mA, type sensor diaphragm, material 316SS.
Langkah-langkah kalibrasi.
Pertama-tama kita siapkan alat kerja seperti; Multimeter, kunci pas, kunci inggris, obeng, sumber power 24V DC, kalibrator misalnya DWT, HART communicator.
Pasangkan pressure transmitter pada DWT pastikan tidak ada kebocoran, karena kita akan memberikan tekanan sampai 100 Bar pada transmitter tersebut.
Pasangkan power dan multimeter untuk membaca keluaran transmitter( lihat gambar A)
Siapkan alat untuk mencatat nilai-nilai hasil kalibrasi,
Pasangkan HART, karena transmitter ini HART applicable maka proses konfigurasi dan eksekusi kalibrasi akan dilakukan melalui alat yang disebut HART.
Setelah semua perlengkapan terpasang, dalam keadaan tanpa tekanan lihat keluaran transmitter harus 4mA jika tidak lakukan pengaturan zero trim melalui HART sehingga keluaran yang terukur pada multi meter menunjukkan 4mA.
Tambah tekanan ke transmitter sampai mencapai tekanan batas atas (100Bar) pertahankan tekanan dalam keadaan ini untuk beberapa saat sementara itu amati multimeter harus menunjukkan 20mA jika tidak maka lakukan langkah pengaturan melalui HART yang biasa disebut span adjustment.
Ulangi langkah 6 dan 7 hingga keluaran transmitter menunjukkan nilai yang seharusnya yaitu 4mA ketika transmitter tidak bertekanan dan 20mA pada saat transmitter mendapat tekanan 100Bar.
Jika sudah demikian maka proses kalibrasi hampir selesai, tetapi jangan lupa untuk memeriksa nilai keluaran transmitter pada beberapa titik antar LRV dan URV, untuk itu mulai dengan memberi tekanan sebesar 25% catat mA yang dihasilkan, lakukan hal yang sama untuk tekanan 50% dan tekanan 75%, nila mA yang dihasilkan pada point-point antara LRV dan URV tersebut dapat dihitung dengan formula dibawah ini;
Sudah menjadi karakteristik alat kalau nilai keluaran transmitter yang sesungguhnya selalu ada perbedaan dengan nilai hasil perhitungan, perbedaan inilah yang disebut error, besarnya error menentukan hasil akhir kalibrasi, ada batasan yang menentukan apakah hasil kalibrasi LOLOS ( pass) atau GAGAL ( fail).Maksudnya dalam spesifikasi transmitter sudah ditentukan besarnya error maksimum yang menjadi patokan hasil kalibrasi dapat diterima atau tidak.
Pressure transmitter mengirimkan data berupa signal elektronika, signal ini merupakan signal standard, dalam instrumentasi dikenal beberapa macam signal standard seperti signal elektrik, signal pneumatic, signal digital, field bus, profibus, dan lain-lain. Signal elektrik 4-20mA lebih dikenal karena signal ini lebih banyak dipakai, dimana perubahan arus 4mA sampai 20mA secara proportional menunjukkan perubahan besaran proses yang diukur. Sebagai contoh jika sebuah pressure transmitter mempunyai batas ukur bawah 0 Bar (untuk selanjutnya batas ukur bawah disebut LRV, Low Range Value) dan batas ukur atas 100 Bar (untuk selanjutnya batas ukur atas disebut URV, Upper Range Value) atau dengan kata lain pressure transmitter mempunyai range 0 Bar sampai 100 Bar. maka signal yang dihasilkan oleh transmitter adalah 4mA ketika tekanan yang diukur 0 Bar dan signal yang dikeluarkan pressure transmitter sama dengan 20mA ketika pressure yang diukur berada pada kondisi 100 Bar, demikian pula pada kondisi diantaranya besarnya keluaran mA dari pressure transmitter akan sebanding demngan besarnya tekanan yang diukur, misalnya pada saat tekanan 50 Bar keluaran transmitter adalah 12 mA, formula perbandingan tekanan dengan keluaran transmitter adalah sebagai berikut:
Dalam posting ini saya akan menjelaskan cara kalibrasi pressure transmitter, kita ambil contoh spesifikasi transmitter yang akan dikalibrasi mempunyai range 0 Bar sampai 100 Bar, Type Differential pressure transmitter, model SMART transmitter HART applicable, output transmitter 4-20 mA, type sensor diaphragm, material 316SS.
Langkah-langkah kalibrasi.
Pertama-tama kita siapkan alat kerja seperti; Multimeter, kunci pas, kunci inggris, obeng, sumber power 24V DC, kalibrator misalnya DWT, HART communicator.
Pasangkan pressure transmitter pada DWT pastikan tidak ada kebocoran, karena kita akan memberikan tekanan sampai 100 Bar pada transmitter tersebut.
Pasangkan power dan multimeter untuk membaca keluaran transmitter( lihat gambar A)
Siapkan alat untuk mencatat nilai-nilai hasil kalibrasi,
Pasangkan HART, karena transmitter ini HART applicable maka proses konfigurasi dan eksekusi kalibrasi akan dilakukan melalui alat yang disebut HART.
Setelah semua perlengkapan terpasang, dalam keadaan tanpa tekanan lihat keluaran transmitter harus 4mA jika tidak lakukan pengaturan zero trim melalui HART sehingga keluaran yang terukur pada multi meter menunjukkan 4mA.
Tambah tekanan ke transmitter sampai mencapai tekanan batas atas (100Bar) pertahankan tekanan dalam keadaan ini untuk beberapa saat sementara itu amati multimeter harus menunjukkan 20mA jika tidak maka lakukan langkah pengaturan melalui HART yang biasa disebut span adjustment.
Ulangi langkah 6 dan 7 hingga keluaran transmitter menunjukkan nilai yang seharusnya yaitu 4mA ketika transmitter tidak bertekanan dan 20mA pada saat transmitter mendapat tekanan 100Bar.
Jika sudah demikian maka proses kalibrasi hampir selesai, tetapi jangan lupa untuk memeriksa nilai keluaran transmitter pada beberapa titik antar LRV dan URV, untuk itu mulai dengan memberi tekanan sebesar 25% catat mA yang dihasilkan, lakukan hal yang sama untuk tekanan 50% dan tekanan 75%, nila mA yang dihasilkan pada point-point antara LRV dan URV tersebut dapat dihitung dengan formula dibawah ini;
Sudah menjadi karakteristik alat kalau nilai keluaran transmitter yang sesungguhnya selalu ada perbedaan dengan nilai hasil perhitungan, perbedaan inilah yang disebut error, besarnya error menentukan hasil akhir kalibrasi, ada batasan yang menentukan apakah hasil kalibrasi LOLOS ( pass) atau GAGAL ( fail).Maksudnya dalam spesifikasi transmitter sudah ditentukan besarnya error maksimum yang menjadi patokan hasil kalibrasi dapat diterima atau tidak.